Rabu, 24 Agustus 2011

terlalu polos hadapi hidup

seorang bos datang kepadaku. hatiku tersayat. 7 tahun yang lalu aku melihatnya begitu gagah perkasa dengan sejumput uang di sakunya. kini dia datang hanya dengan motor matic itupun motor ojek. yang lebih menarik dari 1001 keluhannya,:

"hati-hati hadapi hidup. jangan terlalu polos hadapi orang, apalagi untuk statusmu. zaman sekarang, jangankan orang yang tidak kita kenal, saudara sendiri tega menipu dan memanfaatkan."

sumpah. aku terpaku. kurasakan sekali kalimatnya kena pada saat aku mengalami hal serupa.

Apakah dunia sudah terlalu sulit mencari uang halal? apakah dunia sudah susah dengan orang yang berhati jernih?

Seorang kepala seksi menasehatiku:
"jangan pernah menyamakan orang lain sesuai prasangka kita terhadap diri kita."

Ya. aku memang begitu. selalu menyangka orang gak mungkin jahat terhadap kita, karena kita pun tidak jahat terhadap mereka.

Sayang sekali. mungkin ekonomi dan hawa nafsu menjerat hati untuk berkhayal tinggi di atas kenyataan. hingga berbagai cara dihalalkan. kenapa?

tiba-tiba saja aku kehilangan pegangan. dulu aku selalu berani berkorban seburuk apapun untuk kepentingan orang lain. sekarang aku ragu. aku tidak memiliki filter untuk membedakan mana orang yang bener-bener tulus atau sekedar rekayasa tingkah laku.

hidup ini rumit. karena kalau tidak rumit itu bukan hidup. matilah adanya. hidup ini persoalan, karena kematian adalah akhir dari persoalan dan awal dari pembalasan.

lantas kenapa dibikin rumit? kenapa tidak saling sayang dalam kebaikan. kenapa tidak beritikad untuk memuliakan perempun? kenapa selalu ingin mengeruk keuntungan di atas kesulitan orang? kenapa?

sangat ingin hidup bersahaja. zuhud terhadap diri sendiri, manusia sekitar dan tuhan.
sangat ingin berfikir bersahaja. untuk hidup karena Alloh, ikhlas, ikhtiar dan qonaah.

tapi kenapa rasa dendam selalu tersulut mana kala melihat orang yang kita tolong balik arah menjatuhkan kita. kenapa selalu membara untuk persoalan yang sebenarnya sederhana tapi di dramatisir sedemikian rupa hingga terlihat rumit dan ruwet.

Tuhanku. aku hidup disini dengan kaki yang kau anugerahkan. setiap langkah selalu aku butuh campur tanganMu. tapi kali ini, keraguan itu muncul,,,langkah yang kuambil selalu berdampak negatif terhadap hatiku, uangku dan kenyamanan hidupku.

Tuhanku,
apa boleh sekali ini saja aku berbuat dzalim? membalas setiap ketidak adilan yang mereka lakukan padaku, karena sebanarnya aku pun bisa. tapi hatiku selalu menentang. hingga perang badar di dalam hatiku melahirkan kelelahan hati yang menguras energi positifku.

Aku mengutuk tindakan pengkhianatan terhadap hati nurani.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar